 |
Ilustrasi Kota Batavia oleh JA Whittle 24 Juni 1918 |
Ini merupakan pengalaman pertama saya berkunjung ke museum seorang diri, yaitu Museum Bahari yang terketak di daerah Sunda Kelapa (Sunda Kalapa). Museum yang dibangun pada 7777, yaitu 7 Juli 1977 seolah-olah membawa kita pada zaman kemegahan pelabuhan Sunda Kalapa dibawah Kerajaan Sunda Padjadjaran. Harga tiketnya pun sangat murah, yaitu Rp. 5000 untuk 2 lokasi (Museum Bahari dan Menara Syahbandar). Letak Menara Syahbandar dan Museum Bahari terpisah tidak jauh pada museum ini.
Pandangan saya langsung tertuju pada Menara Syahbandar setibanya di lokasi museum, mungkin karena rasa penasaran saya yang ingin langsung berada di atas menara. Benar saja, saat saya berdiri di puncak menara langsung disuguhkan dengan pemandangan pelabuhan yang pernah berjaya dan menjadi pusat perdagangan nusantara dan dunia sekitar 450 tahun silam ini. Di ruangan puncak menara terdapat beberapa foto pelabuhan sunda kalapa dari tahun ke tahun, yaitu tahun 1870 - 2016 (yang terbaru). Ada hal yang membuat saya nyaman berlama-lama di atas menara, yaitu ketika melihat pelabuhan sunda kelapa yang sekarang melalui jendela menara, kita dapat langsung membandingkan dengan foto-foto dahulu pada tahun 1870 yang berada didekat jendela. Daya imajinasi dibuat bekerja ketika harus melihat dengan jeli mana saja tempat-tempat sekitar pelabuhan yang sudah berubah dan mana saja yang masih bertahan dengan keasliannya.
 |
Menara Syahbandar, dibangun pada tahun 1938
|
 |
Pemandangan Pelabuhan Sunda Kalapa dari atas menara (1940)
|
 |
Pemandangan Pelabuhan Sunda Kelapa dari atas menara (2020)
|
Lanjut ke lokasi kedua, yaitu Museum Bahari. Sebelum masuk, kalian hanya menunjukkan tiket yang kalian beli sebelumnya (bebas ya, kalian bisa beli tiket di Menara Syahbandar atau Museum Bahari dulu. Intinya sama, 1 tiket untuk 2 tempat). Museum Bahari ini sebelumnya adalah tempat penyimpanan rempah-rempah milik VOC yang dibangun pada tahun 1700 an. Di lantai 1 terdapat koleksi berbagai macam perahu (mulai dari nusantara sampai mancanegara) dan tata Kota Batavia dan Jakarta serta sejarah Kota Jakarta (dari Sunda Kalapa sampai bernama Jakarta). Lantai 2 terdapat Tembok Batavia, saksi bisu kemegahan Sang Ratu dari Timur. Pada bagian atas tembok tebal Batavia, terdapat celah yang menjorok kedalam sehingga kita bisa berdiri diantara celah tembok tersebut. Menurut teman sekaligus pendamping saya, Fajar (Mahasiswa smtr 3 UNINDRA, Pend. Sejarah), dulunya celah tersebut ditempati oleh tentara Belanda dan Jepang dengan senjata lengkap sebagai pertahanan terluar Batavia. Jadi, Museum Bahari ini pada masa penjajahan Belanda digunakan sebagai tempat menyimpan rempah-rempah, sedangkan pada masa penjajahan Jepang digunakan sebagai gudang persenjataan. Masih di lantai 2, terdapat ruangan tempat para tokoh penjelajah dunia seperti Vasco Da Gamma, Ibnu Sina, Laksamana Cheng Ho dll. Diluar ruangan tersebut terdapat lukisan Laksamana Malahayati, lukisan mistis yang membuat merinding sebab saat kita berdiri tepat didepan lukisan tersebut dan menatap matanya selama beberapa detik kemudian kita bersegeser maka mata tersebut akan mengikuti pergerakan kita. Sebenarnya terdapat lantai 3, namun tidak lagi beroperasi karena alasan keamanan dan keselamatan.
 |
Celah tembok Batavia (Museum Bahari) |
 |
Museum Bahari menghadap pelabuhan Sunda Kelapa
|
Demikianlah blog kunjungan museum kali ini, semoga pembaca tertarik untuk mengujungi museum manapun. Bukan hanya sekedar mengunjungi, tapi semoga kalian mampu menggambarkan serta mengilustrasikan peristiwa sejarah bangsa kita sendiri serta ceritakanlah kepada teman, anak, serta cucu kalian kelak.
Komentar
Posting Komentar